SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi surveilans ialah
pekerjaan praktis yang utama dari ahli epidemiologi. Perkembangan surveilans
epidemiologi dimulai dengan enyakit menular yang meluas ke penyakit tidak
menular. Saat ini surveilans epidemiologi digunakan untuk menilai, memonitor,
mengawasi dan merencanakan program-program kesehatan pada umumnya.
Langmuir (1963) mendefinisikan
surveilans sebagai suatu kegiatan perhatian yang terus-menerus pada distribusi
dan kecenderungan penyakit melalui pengumpulan data, konsolidasi, evaluasi
laporan mortalitas serta data lain yang sesuai kemudian disebarkan kepada
mereka yang ingin tahu.
World Health Assembelay (WHA)
pada 1968 menyimpulkan ada 4 ciri khas surveilans:
1. Pengumpulan
data secara teratur dan terus-menerus
2. Pengolahan,
analisis dan interpretasi data yang menghasilkan informasi
3. Informasi
kepada orang atau lembaga yang berkepentingan
4. Penggunaan
informasi untuk pengawasan dan perencanaan
Henderson (1976) mengemukakan
bahwa surveilans berfungsi sebagai otak dan sistem saraf untuk program
pencegahan dan pemberantasan penyakit. Sedangkan Detels (1989) mengemukakan 6
unsur kunci surveilans :
1. Pengumpulan
data kesehatan secara jelas
2. Pengumpulan
data secara terus-menerus
3. Analisis
sewaktu-waktu
4. Diseminasi
hasil
5. Bertindak
berdasarkan hasil
6. Evaluasi
periodik dan sistem
Tujuan umum surveilans:
1. Menilai
status kesehatan masyarakat
2. Menentukan
prioritas kesehatan masyarakat
3. Mengevaluasi
program
4. Melaksanakan
riset
Tujuan khusus surveilans:
1. Menganalisis
keadaan penyakit yang diteliti. Jika dalam pengamatan masih didapat kasus baru,
berarti keadaan penyakit belum dapat diatasi
2. Pekerjaan
surveilans dihentikan bila dalam waktu dua kali masa tunas tidak ditemukan lagi
kasus tersebut.
Contoh tujuan surveilans dalam menganalisis
masalah kesehatan yang diteliti:
1. Deteksi
KLB, letusan, wabah (epidemi)
2. Memantau
kecenderungan penyakit endemik
3. Evaluasi
intervensi
4. Memantau
kemajuan pengendalian
5. Memantau
kinerja program
6. Prediksi
KLB, letusan, wabah (epidemi)
7. Memperkirakan
dampak masa datang dari penyakit
Ciri surveilans pasif:
1. Unit
kegiatan surveilans epidemiologi membiarkan penderita melaporkan diri pada
klinik/rs/unit pelayanan yang berfungsu sebagai unit surveilans
2. Unit
surveilans epidemiologi membiarkan klinik/rs/unit pelayanan sebagai unit
surveilans terdepan melaporkan data surveilans yang ada di tempatnya
Ciri surveilans aktif:
1. Unit
surveilans melakukan skrining dari rumah ke rumah, sehingga tidak ada satu pun
kasus yang lepas dari pendataan
2. Unit
surveilans mendatangi setiap unit sumber data untuk meminta data surveilans
epidemiologi yang dibutuhkan , sehingga tidak ada satu pun sumber data yang
tidak terekam datanya.
Indikator umum surveilans pasif
meliputi kelengkapan (90%), ketepatan (80%), kesamaan dalam definisi dan
diagnosis dan kebenaran data yang tinggi.
Dalam surveilans epidemiologi, terdapat macam surveilans epidemiologi,
antara lain:
1.
PE
(Penyelidikan Epidemiologi)
2.
Penyelidikan
wabah
3.
MFS
(Mass Fever Survey)
4.
MBS
(Mass Blood Survey)
5.
Riset
epidemiologi yang bersifat observasional
Alasan dilakukan penyelidikan
adanya kemungkinan wabah adalah:
1.
Mengadakan penanggulangan dan pencegahan:
a.
Ganas tidaknya penyakit
b.
Sumber dan cara penularan
c.
Ada/tidaknya cara penanggulangan dan pencegahan
2.
Kesempatan mengadakan penelitian dan pelatihan
3.
Pertimbangan program
4.
Kepentingan umum, politik dan hukum
Langkah investigasi wabah dengan pendekatan sistematik yang terdiri dari:
1.
Persiapan investigasi lapangan
2.
Memastikan adanya wabah
3.
Memastikan diagnosis
4.
Membuat definisi kasus
5.
Menemukan dan menghitung kasus
6.
Epidemiologi deskriptif (orang, tempat dan
waktu)
7.
Membuat hipotesis
8.
Menilai hipotesis (penelitian kohort dan
kasus-kontrol)
9.
Memperbaiki hipotesis dan mengadakan penelitian
tambahan
10.
Melaksanakan pengendalian dan pencegahan
11.
Menyampaikan hasil penyelidikan
Persiapan investigasi lapangan:
1.
Persiapan investigasi, administrasi dan
konsultasi
2.
Dibutuhkan pengetahuan perlengkapan dan alat
yang sesuai
3.
Prosedur administrasi
4.
Peran masing-masing petugas yang terjun
Memastikan wabah:
1.
Dengan membandingkan jumlah yang ada saat itu
dengan jumlah beberapa minggu atau bulan sebelumnya
2.
Menentukan apakah jumlah kasus yang ada sudah
melampaui jumlah yang diharapkan
3.
Sumber informasi bervariasi bergantung pada
situasi
a.
Catatan hasil survey
b.
Catatan keluar dari rumah sakit, statistik
kematian register, dll
c.
Bila data lokal tidak ada, dapat digunakan rate
dari wilayah di dekatnya atau data nasional
d.
Boleh juga dilaksanakan survey di masyarakat
menentukan kondisi penyakit yang biasanya ada
4.
Pseudo-epidemik
a.
Perubahan cara pencatatan dan pelaporan
penderita
b.
Adanya cara diagnosis baru
c.
Bertambahnya kesadaran penduduk untuk berobat
d.
Adanya penyakit lain dengan gejala serupa
e.
Bertambahnya jumlah penduduk yang rentan
Pemastian diagnosis:
a.
Untuk memastikan bahwa masalah tersebut telah
didiagnosis dengan patut
b.
Untuk menyingkirkan kesalahan laboratorium yang
menyebabkan peningkatan kasus yang dilaporkan
c.
Semua temuan klinis harus disimpulkan dalam
distribusi frekuensi
d.
Kunjungan terhadap satu atau dua penderita
Pembuatan definisi kasus:
Adalah
seperangkat kriteria untuk menentukan apakah seseorang harus dapat
diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh waktu, tempat
atau orang. Penyelidikan sering membagi kasus menjadi pasti (compirmed), mungkin (probable),meragukan (possible), sensitivitas dan
spesifisitas.
Penemuan dan
Penghitungan kasus:
1.
Data identifikasi (nama, alamat, nomor telepon)
2.
Data demografi (umur, jenis kelamin, ras,
pekerjaan)
3.
Data klinis
4.
Faktor risiko (yang harus dibuat khusus tiap
penyakit)
5.
Informasi pelapor untuk mendapatkan informasi
tambahan atau memberi umpan balik
Surveilans epidemiologi
terjemahan dari epidemiologi surveilans ialah pekerjaan praktis yang utama dari
ahli epidemiologi. Perkembangan surveilans epidemiologi dimulai dengan enyakit
menular yang meluas ke penyakit tidak menular. Saat ini surveilans epidemiologi
digunakan untuk menilai, memonitor, mengawasi dan merencanakan program-program
kesehatan pada umumnya.
Langmuir (1963) mendefinisikan
surveilans sebagai suatu kegiatan perhatian yang terus-menerus pada distribusi
dan kecenderungan penyakit melalui pengumpulan data, konsolidasi, evaluasi
laporan mortalitas serta data lain yang sesuai kemudian disebarkan kepada
mereka yang ingin tahu.
World Health Assembelay (WHA)
pada 1968 menyimpulkan ada 4 cirikhas surveilans:
1. Pengumpulan
data secara teratur dan terus-menerus
2. Pengolahan,
analisis dan interpretasi data yang menghasilkan informasi
3. Informasi
kepada orang atau lembaga yang berkepentingan
4. Penggunaan
informasi untuk pengawasan dan perencanaan
WHO mengemukakan
pengertian surveilans (1968) sebagai suatu kegiatan pengumpulan data yang
sistematis dan menggunakan informasi epidemiologi untuk perencanaan,
implementasi dan penilaian pemberantasan penyakit.
Henderson (1976) mengemukakan
bahwa surveilans berfungsi sebagai otak dan sistem saraf untuk program
pencegahan dan pemberantasan penyakit. Sedangkan Detels (1989) mengemukakan 6
unsur kunci surveilans :
1. Pengumpulan
data kesehatan secara jelas
2. Pengumpulan
data secara terus-menerus
3. Analisis
sewaktu-waktu
4. Diseminasi
hasil
5. Bertindak
berdasarkan hasil
6. Evaluasi
periodik dan sistem
Tujuan umum surveilans:
1. Menilai
status kesehatan masyarakat
2. Menentukan
prioritas kesehatan masyarakat
3. Mengevaluasi
program
4. Melaksanakan
riset
Tujuan khusus surveilans:
1. Menganalisis
keadaan penyakit yang diteliti. Jika dalam pengamatan masih didapat kasus baru,
berarti keadaan penyakit belum dapat diatasi
2. Pekerjaan
surveilans dihentikan bila dalam waktu dua kali masa tunas tidak ditemukan lagi
kasus tersebut.
Contoh tujuan surveilans dalam menganalisis
masalah kesehatan yang diteliti:
1. Deteksi
KLB, letusan, wabah (epidemi)
2. Memantau
kecenderungan penyakit endemik
3. Evaluasi
intervensi
4. Memantau
kemajuan pengendalian
5. Memantau
kinerja program
6. Prediksi
KLB, letusan, wabah (epidemi)
7. Memperkirakan
dampak masa datang dari penyakit
Ciri surveilans pasif:
1. Unit
kegiatan surveilans epidemiologi membiarkan penderita melaporkan diri pada
klinik/rs/unit pelayanan yang berfungsu sebagai unit surveilans
2. Unit
surveilans epidemiologi membiarkan klinik/rs/unit pelayanan sebagai unit
surveilans terdepan melaporkan data surveilans yang ada di tempatnya
Ciri surveilans aktif:
1. Unit
surveilans melakukan skrining dari rumah ke rumah, sehingga tidak ada satu pun
kasus yang lepas dari pendataan
2. Unit
surveilans mendatangi setiap unit sumber data untuk meminta data surveilans
epidemiologi yang dibutuhkan , sehingga tidak ada satu pun sumber data yang
tidak terekam datanya.
Indikator umum surveilans pasif
meliputi kelengkapan (90%), ketepatan (80%), kesamaan dalam definisi dan
diagnosis dan kebenaran data yang tinggi.
Dalam surveilans epidemiologi,
terdapat macam surveilans epidemiologi, antara lain:
1. PE
(Penyelidikan Epidemiologi)
2. Penyelidikan
wabah
3. MFS
(Mass Fever Survey)
4. MBS
(Mass Blood Survey)
5. Riset
epidemiologi yang bersifat observasional
Alasan dilakukan
penyelidikan adanya kemungkinan wabah adalah:
1.
Mengadakan penanggulangan dan pencegahan:
a.
Ganas tidaknya penyakit
b.
Sumber dan cara penularan
c.
Ada/tidaknya cara penanggulangan dan pencegahan
2.
Kesempatan mengadakan penelitian dan pelatihan
3.
Pertimbangan program
4.
Kepentingan umum, politik dan hukum
Langkah
investigasi wabah:
Pendekatan
sistematik yang terdiri dari:
1.
Persiapan investigasi lapangan
2.
Memastikan adanya wabah
3.
Memastikan diagnosis
4.
Membuat definisi kasus
5.
Menemukan dan menghitung kasus
6.
Epidemiologi deskriptif (orang, tempat dan
waktu)
7.
Membuat hipotesis
8.
Menilai hipotesis (penelitian kohort dan
kasus-kontrol)
9.
Memperbaiki hipotesis dan mengadakan penelitian
tambahan
10.
Melaksanakan pengendalian dan pencegahan
11.
Menyampaikan hasil penyelidikan
Persiapan
investigasi lapangan:
1.
Persiapa investigasi, administrasi dan
konsultasi
2.
Dibutuhkan pengetahuan perlengkapan dan alat
yang sesuai
3.
Prosedur administrasi
4.
Peran masing-masing petugas yang terjun
Memastikan
wabah:
1.
Dengan membandingkan jumlah yang ada saat itu
dengan jumlah beberapa minggu atau bulan sebelumnya
2.
Menentukan apakah jumlah kasus yang ada sudah
melampaui jumlah yang diharapkan
3.
Sumber informasi bervariasi bergantung pada
situasi
a.
Catatan hasil survey
b.
Catatan keluar dari rumah sakit, statistik
kematian register, dll
c.
Bila data lokal tidak ada, dapat digunakan rate
dari wilayah di dekatnya atau data nasional
d.
Boleh juga dilaksanakan survey di masyarakat
menentukan kondisi penyakit yang biasanya ada
4.
Pseudo-epidemik
a.
Perubahan cara pencatatan dan pelaporan
penderita
b.
Adanya cara diagnosis baru
c.
Bertambahnya kesadaran penduduk untuk berobat
d.
Adanya penyakit lain dengan gejala serupa
e.
Bertambahnya jumlah penduduk yang rentan
Pemastian
diagnosis:
a.
Untuk memastikan bahwa masalah tersebut telah
didiagnosis dengan patut
b.
Untuk menyingkirkan kesalahan laboratorium yang
menyebabkan peningkatan kasus yang dilaporkan
c.
Semua temuan klinis harus disimpulkan dalam
distribusi frekuensi
d.
Kunjungan terhadap satu atau dua penderita
Pembuatan
definisi kasus:
Adalah
seperangkat kriteria untuk menentukan apakah seseorang harus dapat
diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh waktu, tempat
atau orang. Penyelidikan sering membagi kasus menjadi pasti (compirmed), mungkin (probable),meragukan (possible), sensitivitas dan
spesifisitas.
Penemuan dan
Penghitungan kasus:
1.
Data identifikasi (nama, alamat, nomor telepon)
2.
Data demografi (umur, jenis kelamin, ras,
pekerjaan)
3.
Data klinis
4.
Faktor risiko (yang harus dibuat khusus tiap
penyakit)
5.
Informasi pelapor untuk mendapatkan informasi
tambahan atau memberi umpan balik
SURSSURSUR
1 Comment:
pas bangat tugas ni langsung di copy paster mm.
Posting Komentar