Senin, 18 Maret 2013

Surveilans Epidemiologi dan Penyelidikan Wabah


SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi surveilans ialah pekerjaan praktis yang utama dari ahli epidemiologi. Perkembangan surveilans epidemiologi dimulai dengan enyakit menular yang meluas ke penyakit tidak menular. Saat ini surveilans epidemiologi digunakan untuk menilai, memonitor, mengawasi dan merencanakan program-program kesehatan pada umumnya.
Langmuir (1963) mendefinisikan surveilans sebagai suatu kegiatan perhatian yang terus-menerus pada distribusi dan kecenderungan penyakit melalui pengumpulan data, konsolidasi, evaluasi laporan mortalitas serta data lain yang sesuai kemudian disebarkan kepada mereka yang ingin tahu.
World Health Assembelay (WHA) pada 1968 menyimpulkan ada 4 ciri khas surveilans:
1.       Pengumpulan data secara teratur dan terus-menerus
2.       Pengolahan, analisis dan interpretasi data yang menghasilkan informasi
3.       Informasi kepada orang atau lembaga yang berkepentingan
4.       Penggunaan informasi untuk pengawasan dan perencanaan

WHO mengemukakan pengertian surveilans (1968) sebagai suatu kegiatan pengumpulan data yang sistematis dan menggunakan informasi epidemiologi untuk perencanaan, implementasi dan penilaian pemberantasan penyakit.
Henderson (1976) mengemukakan bahwa surveilans berfungsi sebagai otak dan sistem saraf untuk program pencegahan dan pemberantasan penyakit. Sedangkan Detels (1989) mengemukakan 6 unsur kunci surveilans :
1.       Pengumpulan data kesehatan secara jelas
2.       Pengumpulan data secara terus-menerus
3.       Analisis sewaktu-waktu
4.       Diseminasi hasil
5.       Bertindak berdasarkan hasil
6.       Evaluasi periodik dan sistem
Tujuan umum surveilans:
1.       Menilai status kesehatan masyarakat
2.       Menentukan prioritas kesehatan masyarakat
3.       Mengevaluasi program
4.       Melaksanakan riset
Tujuan khusus surveilans:
1.       Menganalisis keadaan penyakit yang diteliti. Jika dalam pengamatan masih didapat kasus baru, berarti keadaan penyakit belum dapat diatasi
2.       Pekerjaan surveilans dihentikan bila dalam waktu dua kali masa tunas tidak ditemukan lagi kasus tersebut.
 Contoh tujuan surveilans dalam menganalisis masalah kesehatan yang diteliti:
1.       Deteksi KLB, letusan, wabah (epidemi)
2.       Memantau kecenderungan penyakit endemik
3.       Evaluasi intervensi
4.       Memantau kemajuan pengendalian
5.       Memantau kinerja program
6.       Prediksi KLB, letusan, wabah (epidemi)
7.       Memperkirakan dampak masa datang dari penyakit
Ciri surveilans pasif:
1.       Unit kegiatan surveilans epidemiologi membiarkan penderita melaporkan diri pada klinik/rs/unit pelayanan yang berfungsu sebagai unit surveilans
2.       Unit surveilans epidemiologi membiarkan klinik/rs/unit pelayanan sebagai unit surveilans terdepan melaporkan data surveilans yang ada di tempatnya
Ciri surveilans aktif:
1.       Unit surveilans melakukan skrining dari rumah ke rumah, sehingga tidak ada satu pun kasus yang lepas dari pendataan
2.       Unit surveilans mendatangi setiap unit sumber data untuk meminta data surveilans epidemiologi yang dibutuhkan , sehingga tidak ada satu pun sumber data yang tidak terekam datanya.
Indikator umum surveilans pasif meliputi kelengkapan (90%), ketepatan (80%), kesamaan dalam definisi dan diagnosis dan kebenaran data yang tinggi.
Dalam surveilans epidemiologi, terdapat macam surveilans epidemiologi, antara lain:
1.       PE (Penyelidikan Epidemiologi)
2.       Penyelidikan wabah
3.       MFS (Mass Fever Survey)
4.       MBS (Mass Blood Survey)
5.       Riset epidemiologi yang bersifat observasional
Alasan dilakukan penyelidikan adanya kemungkinan wabah adalah:
1.       Mengadakan penanggulangan dan pencegahan:
a.       Ganas tidaknya penyakit
b.      Sumber dan cara penularan
c.       Ada/tidaknya cara penanggulangan dan pencegahan
2.       Kesempatan mengadakan penelitian dan pelatihan
3.       Pertimbangan program
4.       Kepentingan umum, politik dan hukum

Langkah investigasi wabah dengan pendekatan sistematik yang terdiri dari:
1.       Persiapan investigasi lapangan
2.       Memastikan adanya wabah
3.       Memastikan diagnosis
4.       Membuat definisi kasus
5.       Menemukan dan menghitung kasus
6.       Epidemiologi deskriptif (orang, tempat dan waktu)
7.       Membuat hipotesis
8.       Menilai hipotesis (penelitian kohort dan kasus-kontrol)
9.       Memperbaiki hipotesis dan mengadakan penelitian tambahan
10.   Melaksanakan pengendalian dan pencegahan
11.   Menyampaikan hasil penyelidikan

Persiapan investigasi lapangan:
1.       Persiapan investigasi, administrasi dan konsultasi
2.       Dibutuhkan pengetahuan perlengkapan dan alat yang sesuai
3.       Prosedur administrasi
4.       Peran masing-masing petugas yang terjun

Memastikan wabah:
1.       Dengan membandingkan jumlah yang ada saat itu dengan jumlah beberapa minggu atau bulan sebelumnya
2.       Menentukan apakah jumlah kasus yang ada sudah melampaui jumlah yang diharapkan
3.       Sumber informasi bervariasi bergantung pada situasi
a.       Catatan hasil survey
b.      Catatan keluar dari rumah sakit, statistik kematian register, dll
c.       Bila data lokal tidak ada, dapat digunakan rate dari wilayah di dekatnya atau data nasional
d.      Boleh juga dilaksanakan survey di masyarakat menentukan kondisi penyakit yang biasanya ada
4.       Pseudo-epidemik
a.       Perubahan cara pencatatan dan pelaporan penderita
b.      Adanya cara diagnosis baru
c.       Bertambahnya kesadaran penduduk untuk berobat
d.      Adanya penyakit lain dengan gejala serupa
e.      Bertambahnya jumlah penduduk yang rentan

Pemastian diagnosis:
a.       Untuk memastikan bahwa masalah tersebut telah didiagnosis dengan patut
b.      Untuk menyingkirkan kesalahan laboratorium yang menyebabkan peningkatan kasus yang dilaporkan
c.       Semua temuan klinis harus disimpulkan dalam distribusi frekuensi
d.      Kunjungan terhadap satu atau dua penderita

Pembuatan definisi kasus:
Adalah seperangkat kriteria untuk menentukan apakah seseorang harus dapat diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh waktu, tempat atau orang. Penyelidikan sering membagi kasus menjadi pasti (compirmed), mungkin (probable),meragukan (possible), sensitivitas dan spesifisitas.

Penemuan dan Penghitungan kasus:
1.       Data identifikasi (nama, alamat, nomor telepon)
2.       Data demografi (umur, jenis kelamin, ras, pekerjaan)
3.       Data klinis
4.       Faktor risiko (yang harus dibuat khusus tiap penyakit)
5.       Informasi pelapor untuk mendapatkan informasi tambahan atau memberi umpan balik


Surveilans epidemiologi 
terjemahan dari epidemiologi surveilans ialah pekerjaan praktis yang utama dari ahli epidemiologi. Perkembangan surveilans epidemiologi dimulai dengan enyakit menular yang meluas ke penyakit tidak menular. Saat ini surveilans epidemiologi digunakan untuk menilai, memonitor, mengawasi dan merencanakan program-program kesehatan pada umumnya.
Langmuir (1963) mendefinisikan surveilans sebagai suatu kegiatan perhatian yang terus-menerus pada distribusi dan kecenderungan penyakit melalui pengumpulan data, konsolidasi, evaluasi laporan mortalitas serta data lain yang sesuai kemudian disebarkan kepada mereka yang ingin tahu.
World Health Assembelay (WHA) pada 1968 menyimpulkan ada 4 cirikhas surveilans:
1.       Pengumpulan data secara teratur dan terus-menerus
2.       Pengolahan, analisis dan interpretasi data yang menghasilkan informasi
3.       Informasi kepada orang atau lembaga yang berkepentingan
4.       Penggunaan informasi untuk pengawasan dan perencanaan

WHO mengemukakan pengertian surveilans (1968) sebagai suatu kegiatan pengumpulan data yang sistematis dan menggunakan informasi epidemiologi untuk perencanaan, implementasi dan penilaian pemberantasan penyakit.
Henderson (1976) mengemukakan bahwa surveilans berfungsi sebagai otak dan sistem saraf untuk program pencegahan dan pemberantasan penyakit. Sedangkan Detels (1989) mengemukakan 6 unsur kunci surveilans :
1.       Pengumpulan data kesehatan secara jelas
2.       Pengumpulan data secara terus-menerus
3.       Analisis sewaktu-waktu
4.       Diseminasi hasil
5.       Bertindak berdasarkan hasil
6.       Evaluasi periodik dan sistem
Tujuan umum surveilans:
1.       Menilai status kesehatan masyarakat
2.       Menentukan prioritas kesehatan masyarakat
3.       Mengevaluasi program
4.       Melaksanakan riset
Tujuan khusus surveilans:
1.       Menganalisis keadaan penyakit yang diteliti. Jika dalam pengamatan masih didapat kasus baru, berarti keadaan penyakit belum dapat diatasi
2.       Pekerjaan surveilans dihentikan bila dalam waktu dua kali masa tunas tidak ditemukan lagi kasus tersebut.
 Contoh tujuan surveilans dalam menganalisis masalah kesehatan yang diteliti:
1.       Deteksi KLB, letusan, wabah (epidemi)
2.       Memantau kecenderungan penyakit endemik
3.       Evaluasi intervensi
4.       Memantau kemajuan pengendalian
5.       Memantau kinerja program
6.       Prediksi KLB, letusan, wabah (epidemi)
7.       Memperkirakan dampak masa datang dari penyakit
Ciri surveilans pasif:
1.       Unit kegiatan surveilans epidemiologi membiarkan penderita melaporkan diri pada klinik/rs/unit pelayanan yang berfungsu sebagai unit surveilans
2.       Unit surveilans epidemiologi membiarkan klinik/rs/unit pelayanan sebagai unit surveilans terdepan melaporkan data surveilans yang ada di tempatnya
Ciri surveilans aktif:
1.       Unit surveilans melakukan skrining dari rumah ke rumah, sehingga tidak ada satu pun kasus yang lepas dari pendataan
2.       Unit surveilans mendatangi setiap unit sumber data untuk meminta data surveilans epidemiologi yang dibutuhkan , sehingga tidak ada satu pun sumber data yang tidak terekam datanya.
Indikator umum surveilans pasif meliputi kelengkapan (90%), ketepatan (80%), kesamaan dalam definisi dan diagnosis dan kebenaran data yang tinggi.
Dalam surveilans epidemiologi, terdapat macam surveilans epidemiologi, antara lain:
1.       PE (Penyelidikan Epidemiologi)
2.       Penyelidikan wabah
3.       MFS (Mass Fever Survey)
4.       MBS (Mass Blood Survey)
5.       Riset epidemiologi yang bersifat observasional


Alasan dilakukan penyelidikan adanya kemungkinan wabah adalah:
1.       Mengadakan penanggulangan dan pencegahan:
a.       Ganas tidaknya penyakit
b.      Sumber dan cara penularan
c.       Ada/tidaknya cara penanggulangan dan pencegahan
2.       Kesempatan mengadakan penelitian dan pelatihan
3.       Pertimbangan program
4.       Kepentingan umum, politik dan hukum

Langkah investigasi wabah:
Pendekatan sistematik yang terdiri dari:
1.       Persiapan investigasi lapangan
2.       Memastikan adanya wabah
3.       Memastikan diagnosis
4.       Membuat definisi kasus
5.       Menemukan dan menghitung kasus
6.       Epidemiologi deskriptif (orang, tempat dan waktu)
7.       Membuat hipotesis
8.       Menilai hipotesis (penelitian kohort dan kasus-kontrol)
9.       Memperbaiki hipotesis dan mengadakan penelitian tambahan
10.   Melaksanakan pengendalian dan pencegahan
11.   Menyampaikan hasil penyelidikan

Persiapan investigasi lapangan:
1.       Persiapa investigasi, administrasi dan konsultasi
2.       Dibutuhkan pengetahuan perlengkapan dan alat yang sesuai
3.       Prosedur administrasi
4.       Peran masing-masing petugas yang terjun

Memastikan wabah:
1.       Dengan membandingkan jumlah yang ada saat itu dengan jumlah beberapa minggu atau bulan sebelumnya
2.       Menentukan apakah jumlah kasus yang ada sudah melampaui jumlah yang diharapkan
3.       Sumber informasi bervariasi bergantung pada situasi
a.       Catatan hasil survey
b.      Catatan keluar dari rumah sakit, statistik kematian register, dll
c.       Bila data lokal tidak ada, dapat digunakan rate dari wilayah di dekatnya atau data nasional
d.      Boleh juga dilaksanakan survey di masyarakat menentukan kondisi penyakit yang biasanya ada
4.       Pseudo-epidemik
a.       Perubahan cara pencatatan dan pelaporan penderita
b.      Adanya cara diagnosis baru
c.       Bertambahnya kesadaran penduduk untuk berobat
d.      Adanya penyakit lain dengan gejala serupa
e.      Bertambahnya jumlah penduduk yang rentan

Pemastian diagnosis:
a.       Untuk memastikan bahwa masalah tersebut telah didiagnosis dengan patut
b.      Untuk menyingkirkan kesalahan laboratorium yang menyebabkan peningkatan kasus yang dilaporkan
c.       Semua temuan klinis harus disimpulkan dalam distribusi frekuensi
d.      Kunjungan terhadap satu atau dua penderita

Pembuatan definisi kasus:
Adalah seperangkat kriteria untuk menentukan apakah seseorang harus dapat diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh waktu, tempat atau orang. Penyelidikan sering membagi kasus menjadi pasti (compirmed), mungkin (probable),meragukan (possible), sensitivitas dan spesifisitas.

Penemuan dan Penghitungan kasus:
1.       Data identifikasi (nama, alamat, nomor telepon)
2.       Data demografi (umur, jenis kelamin, ras, pekerjaan)
3.       Data klinis
4.       Faktor risiko (yang harus dibuat khusus tiap penyakit)
5.       Informasi pelapor untuk mendapatkan informasi tambahan atau memberi umpan balik
SURSSURSUR

1 Comment:

dahlia mengatakan...

pas bangat tugas ni langsung di copy paster mm.