Senin, 03 Desember 2012

Enam Kunci Inspiratif


Celah kebohongan berusaha terus menggerogoti kepercayaan yang telah lama dipegang. Kadang kekecewaan yang selalu datang terakhir itu, menjadikan manusia geram dan lesu untuk sekedar bertemu dengan hal yang membuatnya kecewa. Kesabaran memang ada batasnya, namun sering manusia mengedepankan emosional daripada akal sehat. Waktu telah mengajarkan manusia bertindak semaunya. Amanah akan menjaga manusia dari waktu yang sia-sia. Maka kapan pun amanah jatuh pada seseorang, sesungguhnya tak ada alasan lagi untuk berkata tidak, apalagi melimpahkan untuk orang lain. Allah telah mengajarkan pada kita kalimat itu dengan jelas pada kitab-Nya yang agung. Muslimah hendaknya memancarkan sinar cemerlang itu. Begitu pula hal senada dibuktikan oleh seorang wanita asli Majalengka.
Hidup di lingkungan islami sejak SMP membuatnya tidak kenyang akan ilmu agama suci ini. Dimana pun ia berada, di sanalah nilai islam diusahakan tegak berdiri. Toleransi tak ada lagi, walau sedikit. Kebanyakan kawan-kawan sejawat atau yang bersahabat dalam satu kepengurusan, memahami sifat dasar akhwat satu ini. Pembawaannya yang bermental ikhwan menyihir persepsi orang menjadi segan dan mematuhi apa yang dikatakannya. Caranya bertutur juga santun, pesannya tersampaikan, namun tidak saklek. Begitulah dengan kerendahan hatinya, ia memeluk umat dengan erat dan halus. Walau dibilang akhwat bermental ikhwan, tapi hatinya telah menyampaikan pesan kuat keakhwatan untuk qonaah dan tawadhu’. Pelajaran nomor satu yang diajarkannya.
Bergulirnya masa menuju akhir pertemuan adalah detik-detik ketika manusia mempererat hubungan ukhuwah. Bahkan untuk saling bertukar kado atau sekedar mengajak berdiskusi kecil saat luang. Tapi akhwat satu ini agaknya memiliki cara tersendiri. Asalnya bukan suku Jawa asli, namun jiwanya yang suka basa-basi mendorongnya untuk sering menjalin ukhuwah, walau hanya bermodal telepon genggam dalam jarak jauh. Pikirannya yang sepertinya telah tertancap kuat dunia umat, memaksanya menanyakan berbagai hal mengenai perkembangan dunia kampus. Apa yang terjadi, info apa yang bisa dibagi, kabar apa yang bisa didiskusikan dan hal lain yang menyangkut semua tentang umat, khususnya umat di fakultas ini. Perhatian dan pengorbanannya yang total telah ia teladankan pada adik-adiknya. Sapaan, walau hanya serupa pesan singkat telah memberi kesan seumur hidup, nampaknya. Dia telah berhasil mengajarkan kami sebuah keteladanan berlandaskan perhatian. Pelajaran nomor dua untuk hidup berorganisasi dan menjaga jundi tetap semangat mengemban amanah.
Tatkala bercanda dan tertawa dianggap mampu mencairkan suasana ekslusif bagi pengemban amanah dakwah kampus, maka akhwat ini pun demikian. Di saat ada ikhwan yang mengaku dirinya bukan aliran “pengguna tabir” saat syuro, maka jiwanya sebagai pemimpin tidak lantas menolak dengan tegas. Awalnya ia penuhi keinginan si ikhwan, namun dengan berjalannya waku menemani dengan kesabaran, perlahan ia tanyakan alasan. Di balik itu semua, telah ia siapkan jawaban terjitu ala si akhwat berjiwa ikhwan ini. Segala analogi atas jawaban yang mengatasnamakan kemurnian islam akhirnya bisa diterima dengan lapang pikiran. Tak ada yang tersakiti, tak ada yang merasa tersindir. Dengan cara yang sederhana dan menunda sikap egois, maka masalah akan selesai, dan Allah meridhoi. Islam itu hakikatnya cantik, tergantung si pembawa akan membungkusnya dengan cantik pula atau tidak. Perumpamaan ini cukup memberi gambaran bagaimana akhwat ini mempersembahkan begitu indahhnya islam dengan analogi rasional. Ia akhwat cerdas, dengan segala kekurangannya. Pelajaran nomor tiga menjadi agen islam yang baik di dunia, dalam lingkup lebih sempit.
Jalur sosial politik pernah ia geluti, bahkan posisinya ada di kebijakan publik. Menyoroti kebijakan apa yang sedang terjadi, apakah berpengaruh pada rakyat? Posisi yang jika dipikir lebih dalam, esensinya tidak seringan kapas. Dibarengi dengan posisi bidang kajian strategi, tentu telah mengasah otaknya terhadap permasalahan dan solusi untuk negeri. Dia akhwat yang tak mau tutup telinga dengan isu terbaru dunia sosial politik. Inilah yang membuat islam tetap jaya, saat pemegang tongkat estafet perjuangan di dalamnya selalu up-date info di sekelilingnya. Allah tak pernah mengajarkan mencari ilmu setengah-setengah. Ilmu Allah adalah yang utama, tapi ayat-ayat kauniyah-Nya di alam serasa rugi jika ditinggalkan untuk disimak. Dan akhwat ini membuktikan dengan keseriusannya menapaki hal terbaru dari lingkungan ia tinggal, dan sigap untuk mengkritisi lalu bertindak sesuai kemampuannya. Ini pelajaran ke-empat bisa dipetik dari seorang Nyndia Rizki Novita.
Jiwa keagamannya yang kental dituangkan pula pada kontribusi maksimal pada unit kegiatan keagamaan intern dan ekstern kampus. Bicara posisi, tak ada yang perlu diragukan. Jabatannya selalu di atas. Baginya posisi tak ada maknanya. Di manapun ia ditempatkan, asalkan bisa berkontribusi dan niat karena Allah telah cukup menjadi hal tertinggi baginya. Merebut jabatan tertinggi adalah alasan terendah untuk diungkapkan bagi seorang yang berprinsip walaa tayasu mirrouwhillah ini. Pelajaran ke-lima untuk sebuah tindakan syumuliyatul islam. Bahwa islam tak hanya bergerak linier pada satu garis keagamaan, tapi bisa juga menempatkan agennya dalam segala aspek kehidupan. Sekali lagi, karena islam itu indah, kawan.
Amanah yang banyak diembannya tidak serta merta menuntut futurnya keluar. Amalan yang terjaga setiap hari menggugah selalu fit menghadapi segala kelu dalam berkarya di setiap tanggung jawab. Patut disyukuri saat amanah justru menguatkan dan menjaganya untuk berpikir mendalam tentang kebaikan dan kebajikan. Waktunya yang ia songsong tak ada yang sia-sia. Bahkan dialah penggerak di setiap kesempatan. Terkadang, tak ada dia, suasana tak lagi pecah. Dengan segala tingkah yang kadang aneh, tapi justru membuat kami tertawa. Dia tak pernah marah anehnya, saat kami tertawa karena ke-anehannya. Itulah cirikhasnya. Itulah dia apa adanya. Pelajaran ke-enam. Semangatnya tak seperti air, mengalir kemana arah angin membimbing. Semangatnya selalu di atas rata-rata. Saat orang lain berkata “aku sudah lelah dengan perjalanan ini”, ia mempunyai seribu alasan untuk memotong keluh kesah klasik seperti itu. Saat kami tak ada ide lagi untuk membuat umat tertarik dengan agenda kebaikan, ia selalu menjadi lampu bersinar memancarkan kreativitas konyol, yang kami bisa terima dengan keseriusan. Sifatnya yang sembodo menunjukkan bahwa raganya tak hanya melakukan hal karena saraf dengan signal pengaruh masyarakat. Sulut semangatnya selalu hangat setiap kami berpapasan dan bernaung bersama dalam perjalanan terjal ini. Dialah sang ceria dari Majalengka. Ia mengaku dirinya percaya diri, dan kami mengakui.
By : Yuniva Tri Lestari untuk Annisa GAMAIS FKM UNDIP (Kisah Inspiratif INSANI UNDIP 2012).

0 Comment: